Peringatan Maulid Nabi, Mengirim Rindu Dengan Sholawat

Peringatan Maulid Nabi, Mengirim Rindu Dengan Sholawat

Hari-hari berlalu begitu cepat dan sekarang kita telah memasuki bulan ketiga, Rabiul Awal. Seperti yang kita tahu, Rasulullah SAW dilahirkan di Mekkah pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 14 abad yang lampau. Umat islam khususnya di Indonesia pun memperingati hari kelahiran Nabi ini dengan berbagai tradisi seperti Grebek Maulud, Sekaten, hingga Muludan.

Tak terkecuali santri-santri di Komplek Madrasah Huffadh 1 dan Ribathul Qur’an wal Qiraat Pondok Pesantren Almunawwir Yogyakarta yang menggelar acara Sholawatan. Acara kali ini juga dihadiri para santri Komplek Madrasah Huffadh 2, GIPA, dan Ribathul Qur’an wal Qiraat Putri. Berlangsung di aula G, acara langsung dibuka dengan lantunan sholawat yang diiringi ketukan rebana.

Para santri yang turut hadir ikut mendendangkan syair-syair kemuliaan baginda Nabi yang dipimpin oleh beberapa vokal. Ustadz Dr. Abdul Jalil, M.Si. membuka acara dengan membacakan tawassul lalu diikuti dengan pembacaan kitab Maulid Ad-Dibai karangan Imam Abdurrahman Ad-Diba’i yang sudah populer di kalangan umat islam Indonesia.

Dimulai dari syair Yaa Rabbi Shalli ‘ala Muhammad hingga habis. Di sela-sela syair, dibacakan beberapa fashl pada kitab tersebut seperti Alhamdulillahil Qawiyyil Ghalib. Hingga Mahallul Qiyam, para santri berdiri sebagai tanda penghormatan. Atmosfer kerinduan memenuhi jiwa, beberapa santri terlihat sangat menghayati.

Seusai membaca kitab Maulid Ad-Diba’I, Ustaz Dr. Abdul Jalil, M.Si. pun memberikan beberapa nasihat perihal kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Kehadiran beliau merupakan rahmat bagi seluruh alam. Sahabat Abdullah bin Abbas memberi keterangan lebih lanjut, rahmat bagi orang-orang beriman maupun orang-orang kafir.

Bagi orang-orang beriman, mungkin sudah tentu. Akan tetapi, untuk orang-orang kafir barangkali tidak terlihat jelas bahwa mereka yang ingkar tidak langsung diberi azab seperti kaum terdahulu.

Ustadz Dr. Abdul Jalil sedang menyampaikan mau’idhoh hasanah

Suatu ketika, Nabi menyuruh Abdullah bin Mas’ud untuk membaca Al-Qur’an. Sampai pada suatu ayat tentang hari kiamat, Nabi menghentikan bacaannya. Nabi meneteskan air mata karena memikirkan umatnya. Pada kesempatan lain, Nabi terharu dan mengatakan, “Ashabi! Ashabi!”.

Para sahabat pun bertanya, bukankah kami ini sahabat engkau? Nabi mengatakan, Iya, kalian memang sahabatku, tapi nanti akan datang suatu umat yang rindunya luar biasa meski belum pernah bertemu langsung denganku.

Berhubungan dengan Al-Qur’an, Nabi Muhammad SAW merupakan manusia yang diutus Allah untuk membawa risalah islam berupa Al-Qur’an tersebut. Sebagai santri penghafal Al-Qur’an, kita usahakan untuk merenungi ayat-ayat yang dihafal karena memang kandungan makna Al-Qur’an sangat luar biasa.

Beliau pun mendoakan agar rindu-rindu kita bisa sampai kepada Nabi Muhammad dan diberi kesempatan untuk berkunjung ke tanah suci. Nderes di makam Nabi dan merasakan kedekatan dengan sosok mulia yang menerima wahyu.

Acara ditutup dengan doa singkat oleh Gus Azka yang diamini oleh para santri. Karena tidak dibuka secara formal, maka seusai doa para santri langsung keluar dari ruangan. Sebagai ekspresi rasa syukur dan kebahagiaan, para santri segera mencari posisi membentuk lingkaran di pelataran pondok untuk mayoran. Menu kali ini yaitu nasi, opor ayam, dan es buah. Nasi dan opor ayam dibagikan di beberapa nampan yang masing-masing diisi oleh beberapa santri. Alhamdulillah!

Penulis: Muhammad Amri Faizal