Pendidikan K.H. R. M. Najib Abdul Qodir Abdul Qodir

Pendidikan K.H. R. M. Najib Abdul Qodir Abdul Qodir

Romo Kiai Najib (demikian para santri memanggil K.H. R. Muhammad Najib) dididik dengan suasana Al-Qur’an. Tidak heran jika sejak kecil beliau sudah dikenal sebagai orang yang alim dalam bidang Al-Qur’an. Ada satu riwayat dari K.H. R. Abdul Hamid (Adik Romo Kiai Najib) bahwa Romo Kiai Najib sebelum bisa membaca huruf hijā`iyyah sudah hafal Al-Qur’an 2 Juz. Dalam artian bahwa sebelum Romo Kiai Najib lancar/bisa membaca Al-Qur’an dengan baik, beliau sudah menghafal Al-Qur’an terlebih dahulu melalui bimbingan paman beliau, K.H. Ahmad Munawwir.

Namun demikian, Romo Kiai Najib juga menjalani kehidupan seperti anak kecil pada umumnya. K.H. Henry Sutopo menceritakan bahwa Romo Kiai Najib pernah menjadi bagian dari “pasukan” Drumband NU dan berposisi sebagi mayoret. Lebih lanjut, beliau menceritakan bahwa ketika itu beliau sangat gembira melihat Romo Kiai Najib sebagai sang mayoret dengan gagah dan lincah memainkan tongkat sambil melempar ke udara kemudian ditangkap lagi dengan sigap dan tidak pernah meleset. Diceritakan juga bahwa Romo Kiai Najib ketika kecil merupakan pemain sepak bola yang berposisi sebagai striker. Beliau sering memenangkan pertandingan, sehingga beliau sering disewa untuk membela beberapa tim ketika ada pertandingan.

Perjalanan Romo Kiai Najib dalam mencari ilmu sudah pasti diawali dari pendidikan yang diajarkan oleh ayah beliau, K.H. R. Abdul Qodir. Dalam menempuh pendidikan agama, seperti akidah, fikih, tasawuf, tafsir, hadis, dan berbagai ilmu agama lainnya, Romo Yai Najib mengaji kepada para masyāyikh Krapyak, khususnya kepada K.H. Ali Maksum (Mbah Ali).  Ada satu riwayat yang menceritakan bahwa Romo Kiai Najib merupakan salah satu santri yang disayang oleh Mbah Ali. Hal ini karena selain beliau merupakan keponakan Mbah Ali, beliau juga memiliki kecerdasan di atas rata-rata.

Selain alim dalam bidang Al-Qur’an, Romo Kiai Najib juga alim dalam bidang ilmu agama lainnya, seperti penguasaan kitab kuning/kitab turats khas pesantren. K.H. Henry Sutopo menceritakan bahwa beliau pernah mengaji kitab Irsyādul ‘Ibād kepada Romo Kiai Najib. Diceritakan juga bahwa ada santri senior/ustaz yang beberapa kali didhawuhi (diberi perintah) membuatkan teks khutbah Jumat dalam bahasa Arab oleh Romo Kiai Najib. Ketika teks tersebut selesai, Romo Kiai Najib selalu mengoreksi dan membenarkan apabila ada bagian tulisan yang salah, baik dalam hal penulisan, nahwu atau shorof.

Romo Kiai Najib sebelum fokus mengajar Al-Qur’an juga pernah mengajar qiraah sab’ah di Ma’had Aly Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak. Beliau mengajar menggunakan kitab Sirājul Qāri’ al-Mubtadī karya Imam Ibnu al-Qāṣih al-Bagdadi, yang merupakan syarḥ dari kitab Ḥirzul ‘Amānī karya Imam al-Syāṭibī. Namun demikian, selain memperdalam ilmu agama Romo Kiai Najib juga menempuh pendidikan formal sampai jenjang Madrasah Aliyah di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.

Proses Mengahafal Al-Qur’an

Setelah ayah beliau wafat, Romo Kiai Najib mengaji Al-Qur’an kepada K.H. Ahmad Munawwir (Mbah Mad) yang juga merupakan paman beliau. Kepada Mbah Mad, Romo Kiai Najib berhasil menyelesaikan setoran hafalan Al-Qur’an 30 juz. Mbah Mad merupakan guru yang menuntun dan membimbing Romo Kiai Najib dari kecil sampai beliau berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an-bisa dikatakan bahwa Romo Kiai Najib merupakan produk pengajaran Al-Qur’an Mbah Mad-.

Pada pertengan tahun 1970-an, Romo Kiai Najib pergi ke Kudus untuk mengaji kepada K.H. Arwani Amin (‘Mbah Arwan’ adalah panggilan yang sering disebutkan Romo Kiai Najib ketika menceritakan sosok K.H. Arwani Amin). Beliau mengaji dan menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz kepada Mbah Arwan dan dilanjutkan dengan setoran hafalan qiraah sab’ah. Namun, sebelum Romo Kia Najib menyelesaikan hafalan qiraah sab’ahnya, Mbah Arwan sakit dalam waktu yang cukup lama.

Selain mengaji kepada Mbah Arwan, Romo Kiai Najib juga mengaji kepada K.H. M. Hisyam Hayat (‘Mbah Hisyam’, salah satu murid Mbah Arwan yang berhasil menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dengan qiraah sab’ah). Kepada Mbah Hisyam, beliau berhasil menyelesaikan hafalan qiraah sab’ahnya sampai 30 juz. Romo Kiai Najib mondok atau mengaji di Kudus selama kurang lebih lima tahun. Beliau kembali ke Krapyak pada awal tahun 1980-an.

Diceritakan bahwa ketika Romo Kiai Najib menyelesaikan hafalan qiraah sab’ah nya, Mbah Arwan masih hidup dan bahkan hadir bersama Mbah Hisyam dalam acara syukuran khataman Al-Qur’an Romo Kiai Najib di Krapyak. Hadirnya Mbah Arwan ini juga menjadi tanda lunasnya hutang beliau kepada guru beliau, K.H. Muhammad Munawwir. Hal ini karena K.H. Muhammad Munawwir pernah berpesan kepada Mbah Arwan untuk mengajarkan qiraah sab’ah kepada anak cucunya. Romo Kiai Najib adalah orang pertama dari keluarga K.H. Muhammad Munawwir yang menyelesaikan hafalan Al-Qur’an 30 juz dengan qiraah sab’ah.

Sumber :

Buku

Aly, As’ad. dkk. Manaqibus Syaikh K.H.M. Moenauwir. Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1975.

M. Mas’udi Fathurrohman. Romo Kyai Qodir. Tiara Wacana, 2011.

Wawancara

Albana, Ahmad Rikza. Wawancara, 25 Agustus 2022.

Fathurrohman, Romo Kiai Mas’udi. Wawancara, 31 Agustus 2022.

Minah, Nyai Hj. Nilna. Wawancara, 31 Agustus 2022.

Vidio Youtube

Majelis Tahlil Virtual #3 Al-Maghfurlah KHR. M. Najib Abdul Qodir Munawwir. Youtube, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=r9O3b5OvZEI.

Editor :

Muhammad Dluha Luthfillah, S.Th.I., MA.