Romo Kiai Najib sangat masyhur akan ketawadhuannya. Banyak sekali santri, keluarga, dan para ulama yang bersaksi akan hal tersebut. Kesaksian yang paling masyhur adalah yang disampaikan oleh K.H. Musthofa Bisri, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’. Beliau memuji Romo Kiai Najib sebagai seorang ḥāmilul qur’ān yang tidak pernah menatap langit, selalu menunduk.
Romo Kiai Najib Selalu memberikan kesejukan bagi para santrinya melalui laku dan teladan yang beliau contohkan. Beberapa momen Ketawadhuan Romo Kiai Najib terekam jelas dalam benak para santri. Di antaranya adalah ketika beliau salat berjamaah di masjid dan menjadi makmum masbuk. Beberapa kali para santri melihat Romo Kiai Najib tanpa ragu menepuk pundak seorang santri dan menjadi makmum dari santri tersebut.
Dalam momen lain, Romo Kiai Najib dan para santri melakukan ziarah bersama ke makam para ulama di Jawa Barat, Banten dan Jakarta. Ketika selesai berziarah ke makam Syekh Maulana Yusuf di Banten, rombongan dijadwalkan untuk beristirahat cukup lama. Semua Santri berpencar untuk mencari tempat istirahat, namun ada seorang santri yang jalan-jalan mengitari lokasi sambil melihat-lihat barang dagangan. Di sela-sela melihat barang dagangan tersebut, dia melihat ada pria yang memakai kaos oblong rebah lesehan tanpa menggunakan alas berbaur di tengah keramaian. Setelah melihat lebih dekat, santri tersebut terkejut. Bagaimana tidak, pria yang dia lihat tersebut adalah Romo Kia Najib dan di sebelahnya juga ada Ibu Nyai yang sesekali mengipasi beliau.
Teladan lain yang dicontohkan oleh Romo Kiai Najib adalah sangat menghormati tamu, baik ulama, pejabat, keluarga, santri, maupun tamu yang tidak dikenal. Beliau sangat ramah dan selalu mengajak/membuka pembicaraan kepada tamu tersebut. Bahkan para santri sering menyaksikan ketika ada banyak tamu dan minuman yang disuguhkan tidak diminum hingga habis, beliau selalu mengumpulkan minuman tersebut menjadi satu dan kemudian diminum oleh beliau.
Ketawadhuan Romo Kiai Najib juga terekam ketika beliau menghadiri acara. Suatu ketika ada seorang santri yang diminta untuk menemani beliau untuk menghadiri acara di daerah Kulon Progo. Ketika sampai di jalan yang menanjak, motor yang beliau gunakan tidak kuat karena beban yang di belakang lebih berat. Seketika Romo Kiai Najib menyuruh berhenti dan mengatakan “Kene kang, aku wae seng nyetir. Iki, gawakke surbanku (Sini kang, saya saja yang menyetir. Ini bawakan surbanku).” Santri tersebut akhirnya turun dan pindah di posisi belakang.
Ketika menghadiri acara tersebut, kebetulan santri itu menggunakan baju yang bagus dan memakai jas, sedangkan Romo Kiai Najib hanya memakai baju koko biasa. Sesampainya di tempat acara, santri tersebut disuruh turun dan beliau pergi untuk memarkirkan motor. Seketika para tamu yang hadir pada acara tersebut memberi salam dan berebut mencium tangan santri yang berpakaian necis dan memegang surban Romo Kiai Najib tersebut. Para tamu tidak mengetahui bahwa orang yang mereka cium tangannya hanyalah santri yang mendampingi beliau.
Dalam beberapa kesempatan lain, seperti ketika menghadiri acara haul di Komplek Q Pondok Pesantren Al-Munawwir, beliau terlihat menuntun motor yang beliau gunakan karena di depan pintu gerbang banyak tamu duduk dan berdiri di sisi jalan. Momen yang sama juga terlihat ketika beliau menghadiri salah satu acara pernikahan di Dusun Krapyak Wetan. Ketika Romo Kiai Najib dan Ibu Nyai hendak kundur (pulang), beliau berdua terlihat mengendarai motor dengan pelan sambil menundukan kepala karena banyak orang di sisi kanan dan kiri jalan.
K.H. Henry Sutopo juga menjadi saksi Ketawadhuan Romo Kiai Najib. Beliau mengatakan bahwa Romo Kiai Najib sangat rendah hati dan tawaduknya di atas rata-rata. K.H. Henry beberapa kali terkejut ketika menghadiri undangan ceramah di pelosok gunung, karena ternyata Romo Kiai Najib sudah datang dan duduk di lokasi acara untuk memimpin doa khataman. K.H. Henry Sutopo juga menceritakan bahwa Romo Kiai Najib yang seharusnya sudah pulang lebih dulu, tetapi masih duduk dan medengarkan ceramah yang beliau sampaikan.
Momen yang hampir sama juga terlihat oleh para santri, ketika Romo Kiai Najib memimpin acara mujāhadah atau pengajian, beberapa kali beliau meminta seseorang untuk menyampaikan mauiẓah/ceramah di akhir acara. Sebelum orang tersebut memulai berbicara, Romo Kiai Najib terlihat turun dari sofa atau tempat duduk yang sebelumnya beliau tempati dan kemudian dengan penuh hikmat mendengarkan mauiẓah yang disampaikan oleh orang tersebut.
Semoga kita para santrinya bisa mengikuti dan melakukan laku dan teladan yang telah dicontohkan oleh Romo Kiai Najib.
Sumber :
Wawancara
Albana, Ahmad Rikza. Wawancara, 25 Agustus 2022.
Website/Internet
Haq, Zia Ul. “Mbah Kyai Kami, KH R Najib Abdul Qodir Munawwir Krapyak • BangkitMedia.” BangkitMedia, 29 Januari 2020. https://bangkitmedia.com/mbah-kyai-kami-kh-r-najib-abdul-qodir-munawwir-krapyak/.
Vidio Youtube
GUS MUS – NASIHAT & DOA, 2020. https://www.youtube.com/watch?v=2qIEhYq6c-Q.
Majelis Tahlil Virtual #3 Al-Maghfurlah KHR. M. Najib Abdul Qodir Munawwir. Youtube, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=r9O3b5OvZEI.
Editor :
Muhammad Dluha Luthfillah, S.Th.I., MA.