Dirgahayu HUT ke-77 RI: Madrasah Huffadh 1 dan Ribathul Qur’an wal Qira’at Gelar Malam Tirakatan

Dirgahayu HUT ke-77 RI: Madrasah Huffadh 1 dan Ribathul Qur’an wal Qira’at Gelar Malam Tirakatan

Selasa, 16 Agustus 2022, Komplek Madrasah Huffadh 1 dan Ribatul Qur’an wal Qira’at mengadakan acara bertajuk malam tirakatan. Acara ini dihelat untuk memperingati HUT ke-77 Republik Indonesia. Perhelatan seperti ini sudah menjadi tradisi tahunan yang sudah membudaya di kalangan para santri MHRQ.

Bertempat di Aula Madrasah Huffadh 1, momentum ini menjadi ajang untuk merefleksikan kembali nilai-nilai kemerdekaan kepada semua santri. Dengan lantunan sholawat, dan lagu nasional serta iringan perkusi yang memukau, para hadirin dibuat hanyut haru dalam suasana yang istimewa. Suasana yang hanya mampu dirasakan bagi mereka yang hadir dalam acara itu.

Persiapan matang sound sistem oleh tim media berpadu dengan dekorasi ruangan yang sederhana namun penuh arti, menambah kesyahduan tersendiri kala malam itu.

“merah putih, merah putih melekat di dada”
“disinari pancaran imannya”
“dimanapun kita berada”
“tetap cinta, tetap cinta Indonesia”
“Allahumma shalli wa sallim ala’….”.

Bak konser artis ternama. Ketika lirik tersebut mulai dilantunkan, sontak semua kompak berteriak mengikuti alunan darbuka dan paduan bas tam yang begitu pas. Suara Gus Sholeh Ilham (Alumni sekaligus salah satu vokal penderek Habib Syekh) berhasil menyihir dan menghipnotis para jamaah. Tak ubahnya seperti hubungan tabi’ lil matbu’. Mereka seperti na’at yang mau bagaimanapun caranya harus serasi dengan gerak –gerik matbu’nya.

Atmosfer “konser” semakin terasa ketika lampu ruangan dimatikan dan para santri mulai menyalakan blitz gadgetnya. Basis melodi “padang mbulan” bersambut ayunan tangan ke kanan kiri membuat rungan seperti hitamnya langit yang dipenuhi bintang-bintang. Bintang-bintang yang ikut menyambut datangnya bulan ditengah gelapnya malam.

Sejenak kemudian para vokalis mengeluarkan jurus utamanya. Syiir Romo Yai Najib membuat hanyut para santri. Syiir ini kembali mengingatkan akan pesan-pesan Romo Yai Najib kepada para santri.

“Mbah Najib dawuh marang kito santrine”
“Ojo nganti Al Qur’ane diremehke”
“Ora ono libur wong kang nderes Qur’an”
“Nganti mengko wayahe sowan pengeran”
“Sidnan Nabi……., Mbah Yai Najib Al-Krapya’i habibin nabi….

Lirik ini selalu tak pernah gagal mengembalikan memori terbaik para santri dengan Romo Yai. Seakan-akan beliau rawuh di tengah-tengah kami. Dawuh inilah yang selalu membekas dalam benak. Dawuh yang selalu menjadi oase di tengah gersangnya motivasi tatkala penat menjalani rutinitas menghafalkan Al- Qur’an.

Usai pembacaan shalawat sekaligus doa diba’ yang dipimpin oleh Ust. Rikza Albana. Acara dilanjut dengan pembacaan tahlil singkat, dan dipungkasi dengan “acara utama”. Yap, benar acara berikutnya ialah madyang geden. Seluruh hadirin tumpah ruah di halaman Madrasah Huffadh 1. Satu persatu nampan yang berisi gundukan nasi dan ayam mulai habis terdistribusikan. Volume riuh ramai santri mulai mengecil tak terdengar beriring tandasnya makanan yang ada di nampan.

“Apapun acaranya, sing penting madang-madang” begitulah pikiran para santri. Pikiran yang berbasis ilmu tentang pentingnya bersyukur. Sholawatan lanjut makan bersama merupakan kenikmatan yang luar biasa. Tidak perlu neko-neko. Mereka tak ingin terlena dengan hal-hal yang tidak perlu. Sebab mereka tahu, masih banyak tahapan proses yang harus dipenuhi guna meneruskan perjuangan para ulama dan pahlawan dalam mengisi anugerah kemerdekaan.