Biografi K.H. R. M. Najib Abdul Qodir: Ulama Ahlul-Qur’an yang Masyhur Ketawadukannya

Biografi K.H. R. M. Najib Abdul Qodir: Ulama Ahlul-Qur’an yang Masyhur Ketawadukannya

“Ada ḥāmilu-l-qur’ān yang tidak pernah menatap langit, selalu menunduk, ‘K.H. R. Najib dari Pondok Pesantren Krapyak’.” (GusMus Channel, 2020). Seperti itulah yang dikatakan K.H. Ahmad Musthofa Bisri ketika menggambarkan sosok K.H. R. Muhammad Najib Abdul Qodir, ulama Ahlul-Qur’an yang juga merupakan cucu K.H. Muhammad Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta.

K.H. R. Muhammad Najib merupakan salah satu ulama pemegang sanad qirā’ah sab’ah (ilmu tentang tata cara membaca Al-Qur’an menurut tujuh imam qirā’āt) di Indonesia. Kealimannya dalam bidang Al-Qur’an sangat masyhur dan tidak diragukan lagi. K.H. Habib Syakur, pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad Bantul, mengatakan bahwa kalau “khuluquhu-l-Qur’ān” bukan sebutan yang dikatakan oleh Sayyidah Aisyah untuk menggambarkan akhlak Rasulullah, maka beliau ingin menggunakannya untuk menyifati K.H. R. Muhammad Najib, “kāna khuluquhu, kiai Najib, al-Qur’ān“. (Almunawwir TV, 2021).

Katib ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, K.H. Said Asrori, juga mengatakan bahwa K.H. R. Muhammad Najib merupakan sosok kiai yang luar biasa, seorang ḥāmilu-l-qur’ān yang menyangga atau membawa Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh, “lisānuhu-l-qur`ān, ‘insyā’allāh wa-qalbuhu-l-qur’ān (lisannya K.H. R. Muhammad Najib itu Al-Qur’an dan insyaallah hatinya juga Al-Qur’an)”. (Almunawwir TV, 2021).

Selayang Pandang Kehidupan K.H. R. M. Najib Abdul Qodir

Kelahiran

K.H. R. Muhammad Najib lahir pada hari Selasa Pon, 1 Ramadan 1373 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 4 Mei 1954 Masehi, di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Beliau merupakan putra kelima dari pasangan K.H. R. Abdul Qodir dengan Nyai Hj. Salimah Nawawi.

Dari jalur ayah, nasab K.H. R. Muhammad Najib bersambung kepada K.H. Hasan Bashori, seorang ulama dari Yogyakarta yang juga merupakan ajudan Pangeran Diponegoro. Sedangkan dari jalur ibu, nasab beliau bersambung kepada K.H. Nawawi Jejeran, seorang ulama pemegang mata rantai sanad tarekat Syaṭṭāriyah di Yogyakarta.

K.H. R. Muhammad Najib ditinggal wafat oleh ayahnya ketika masih berumur enam tahun. Sepeninggal ayahnya, K.H. R. Muhammad Najib diasuh oleh ibu (Nyai Hj. Salimah Nawawi) dan kakak beliau (Nyai Hj. Umi Salamah).

Pendidikan

Romo Kiai Najib mengaji Al-Qur’an kepada K.H. Ahmad Munawwir (Mbah Mad) yang juga merupakan paman beliau. Kepada Mbah Mad, Romo Kiai Najib berhasil menyelesaikan setoran hafalan Al-Qur’an 30 juz. Mbah Mad merupakan guru yang menuntun dan membimbing Romo Kiai Najib dari kecil sampai beliau berhasil mengkhatamkan Al-Qur’an-bisa dikatakan bahwa Romo Kiai Najib merupakan produk pengajaran Al-Qur’an Mbah Mad-. Lebih lengkap di Pendidikan K.H. R. M. Najib Abdul Qodir

Pernikahan

Pada tahun 1982, sepulang mondok dari Kudus, Romo Kiai Najib menikah dengan Nyai Hj. Musta’anah Saniyyah, putri K.H. Salman Dahlawi, Popongan, Klaten. Dari pernikahannya tersebut Romo Kiai Najib dikaruniai seorang putri bernama Nilna Minah. Kemudian, Nyai Hj. Nilna Minah dinikahkan dengan Kiai M. Mas’udi Faturrohman, Demak dan dikaruniai dua orang anak, Khotun Al-Kayyisah dan Muhammad Dzakwan Tajussalatin.

Wafatnya K.H. R. Muhammad Najib

20 Jumadil Awal 1442 H, bertepatan dengan tanggal 4 Januari 2021, suasana duka menyelimuti langit Krapyak. Pada sore itu, para santri sedang melakukan aktivitas seperti biasanya. Tiba-tiba ada satu santri ndalemUstaz Rikza Albanayang datang ke asrama dengan nada lantang memanggil semua santri untuk berkumpul di aula. Wajahnya tampak sangat pucat, bingung, dan terlihat menahan tangis yang begitu dalam. Semua santri serentak kaget dan menyimpan banyak pertanyaan di hatinya. Ada apa?

Para santri yang berkumpul di aula tidak diberi penjelasan apapun, hanya disuruh untuk muqoddaman (membaca Al-Qur’an secara bersama-sama sampai khatam) dan membaca tahlil. Semua santri masih bingung dan bertanya-tanya, tetapi satu demi satu santri mulai menunduk dan meneteskan air mata. Mereka semua memiliki firasat yang sama, ketakutan yang sama, dan kesedihan yang sama, karena mereka semua mengetahui bahwa beberapa bulan ini Romo Kiai Najib sedang sakit.

Sampai akhirnya kabar itu datang. Beliau sang murabbī rūḥ Romo Kiai Najib berpulang ke haribaan Sang Pencipta pada pukul 05.00 sore di rumah beliau, kompleks Pondok Pesantren Al-Munawwir, Krapyak, Yogyakarta. Seketika suasana menjadi kelabu, isak tangis mengiringi lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibaca oleh para santri. Mereka semua sangat terpukul dan tidak percaya akan kepergian Romo Kiai Najib.

Romo Kiai Najib wafat dalam usia 66 tahun, setelah kurang lebih satu bulan beliau sakit. Selama hidup, Romo Kiai Najib mengabdikan dirinya untuk Al-Qur’an. Beliau mengajar santri-santrinya setiap hari, pagi, siang, sore, dan malam. K.H Said Asrori menjadi saksi bagaimana luar biasanya tarbiyah wa ta’lim Romo Kiai Najib. Kiai Said menceritakan bahwa setiap kali sowan/bertamu ke Krapyak, beliau selalu melihat Romo Kiai Najib mengajar para santrinya. Semoga kita para santrinya bisa mengikuti dan melakukan laku dan teladan yang telah dicontohkan oleh Romo Kiai Najib.


SUMBER :

Buku

Aly, As’ad. dkk. Manaqibus Syaikh K.H.M. Moenauwir. Pondok Pesantren Al-Munawwir, 1975.

M. Mas’udi Fathurrohman. Romo Kyai Qodir. Tiara Wacana, 2011.

Wawancara

Albana, Ahmad Rikza. Wawancara, 25 Agustus 2022.

Fathurrohman, Romo Kiai Mas’udi. Wawancara, 31 Agustus 2022.

Minah, Nyai Hj. Nilna. Wawancara, 31 Agustus 2022.

Vidio Youtube

GUS MUS – NASIHAT & DOA, 2020. https://www.youtube.com/watch?v=2qIEhYq6c-Q.

Majelis Tahlil Virtual #4 Al-Maghfurlah KHR. M. Najib Abdul Qodir Munawwir, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=oyn38rzDjB4.

Majelis Tahlil Virtual 40 hari Almaghfurlah KH. R. M. Najib Abdul Qodir, 2021. https://www.youtube.com/watch?v=tt5H4RXo1Xk.

Website

 “Profil Pondok Pesantren | Pondok Pesantren Miftahul Ulum 2.” Diakses 31 Agustus 2022. http://miftahululumjejeran.blogspot.com/2009/11/profil-pondok-pesantren.html.

Editor:

Muhammad Dluha Luthfillah, S.Th.I., MA.